Kamis, 01 Maret 2012

Sandur

http://www.beritajatim.com


Keberadaan seni tradisional Sandur yang merupakan kesenian warisan dari para leluhur dan orang-orang tua terdahulu kini keberadaannya sudah mulai ditinggalkan. Kesenian ini dinilai sudah tidak bisa memberi nilai ekonomi bagi para pelakunya.

Sandur merupakan kesenian  pertunjukan tradisional yang berbentuk teater tradisional. Sebagai bentuk teater tradisional, Sandur memiliki ciri-ciri yang sama dengan teater tradisonal daerah lainnya yaitu mempunyai sifat yang sederhana dalam penyajiannya, tapi lebih identik dengan daerah pertanian.

Menurut cerita, kesenian Sandur yang berada di Kabupaten Tuban pada jaman orang tua terdahulu adalah biasanya diadakan pertunjukan sandur itu setelah warga telah melakukan penan yang melimpah dari hasil pertanian mereka. Pelaksanaannya pun biasa hanya dilakukan di tengah sawah.

Untuk tema cerita dalam setiap pertunjukan Sandur yang biasa dimainkan sekitar 30 orang pemain itu biasanya selalu mengambil cerita tentang pertanian. Para pemain sandur selalu melakukan ritual sebelum bermain.

Sayangnya, keberadaan seni Sandur di Kabupaten Tuban kondisinya sudah mulai terancam. Kelompok seni tersebut sudah mulai banyak yang bubar lantaran para pemainnya yang sudah mulai berusia lanjut dan tidak adanya generasi penerus yang melestarikan kesenian itu.

"Selain itu, saat ini mereka para kelompok Sandur juga sudah jarang untuk melakukan pementasan, jadi akhirnya banyak yang sudah bubar," jelas Eko Kasmo, salah satu pengamat kesenian Sandur, warga Kecamatan Parengan, Kabupaten Tuban.

Di Kabupaten Tuban itu, dari puluhan kelompok kesenian tersebut kini yang masih bertahan hanya tinggal sekitar 4 kelompok. Meski tetap bertahan mereka juga jarang untuk melakukan pementasan karena kurang diminati oleh warga.

Gelut Patol


http://jurnalberita.com


Sedekah laut bagi warga pesisir pantai yang mayoritas bermata pencarian sebagai nelayan merupakan warisan leluhur yang hingga kini masih terus dipertahankan.
Seperti warga Karangsari kecamatan Tuban kota yang mengadakan tradisi Sedekah Laut 2011 di pantai Gerdu Laut, Rabu (7/9/11). Dalam acara sedekah laut tersebut, panitia pelaksana mengisi dengan kegiatan Gelut Patol dan Tarik Tambang yang diikuti oleh warga sekitar.

Warga Karangsari mulai dari yang tua sampai anak-anak turut meramaikan pertandingan tersebut. Warga masyarakat yang kebetulan lewat jalan Panglima Sudirmanpun ikut berhenti untuk menyaksikan tradisi sedekah laut hingga sempat memacetkan jalan untuk beberapa saat.

Sindir


http://berita.maiwanews.com


Tuban – Bagi seorang perempuan yang memilih menjadi sindir, penari dalam seni tradisional tayub, harus dibersihkan dulu jiwa raganya sebelum ia benar-benar memasuki kalangan – arena tempat pementasan – sebagai penghibur sejati dalam sebuah ritual. Kemasyhuran memang tak datang serta merta. Tetapi, dengan meminum sumber air Bektiharjo dipercaya mampu mengangkat pamor dan martabat seorang sindir.
Bunyi tetabuhan dari gamelan bersipongang menyuarakan kedamaian. Sesekali nadanya terputus, seperti suasana hati para perempuan calon sindir yang tengah gelisah akan sebuah penantian datangnya babak baru dalam kehidupan mereka. Sebagai seorang sindir dan penghibur sejati.

Sedikitnya 90 sindir dan 70 pramugari serta 9 dayang se Kabupaten Tuban, Jawa Timur, setiap kali jelang pergantian mangsa (tahun) mengikuti ritual siraman bagi seniman langen tayub di pemandian Bektiharjo, Kecamatan Semanding,Tuban. Ritual tersebut diyakini sebagai media pembersih diri dari gangguan roh jahat yang bergentayangan dan mengganggu aksi pentas mereka di kalangan.
Dipilihnya pemandian Bektiharjo, karena tempat tersebut dipercaya sebagai tanah suci, selain punya sejarah besar terkait berdirinya kota Tuban. Tradisi siraman itu sendiri, merupakan pembekalan mental agar kelak setelah mereka jadi sindir tahan banting.
Ritual yang mengangkat seni tradisional sebagai media tari pergaulan itu, diawali dengan melakukan iring-iringan panjang atau kirab dari luar tempat pemandian dan langsung masuk tempat wisata pemandian.
Sejurus kemudian, mereka berjalan perlahan menuju tempat prosesi siraman dan melakukan tabur bunga di pemandian itu sebelum melakukan ritual yang sesungguhnya.
Secara bergiliran seniman tayub tersebut melakukan siraman.
Para perempuan berparas rupawan dengan tubuh moleknya, menuruni tangga menuju permukaan air. Satu per satu membasuh mukanya dengan air dari mata air abadi Bektiharjo menggunakan jebor atau gayung dari batok kelapa.
Demikianlah. Prosesi itu terus berlangsung dari tahun ke tahun tanpa henti. Seperti denyut nadi tayub Tuban yang sesungguhnya belum mati. Dan sindir tetap akan hidup mengelilingi waktu dan peradabannya. Siapa yang bersungguh-sungguh dengan hati ikhlas, konon, popularitas akan teraih. Sumber abadi Bektiharjo, banyak yang mengisahkan, sebagai jimat penglaris. Wajah sindir yang dibasuh airnya, akan berkilauan seperti purnama di saat mereka menari dan menembang di kalangan.
by pesonatuban.blogspot.com

Namun, tokoh spritual dan pengawal tayub Tuban, Lik Surito, menyatakan prosesi ritual siraman adalah bagian upaya untuk meningkatkan promosi seni dan budaya di Tuban yang kian kecil dan ditinggalkan. Yang terpenting, sebut Lik Surito, ajang ini lebih pada keinginan bisa menyatukan para seniman senior dan yunior untuk saling bisa berbagi pengamalan.

Sunan Bonang

by arumsekartaji.blogpot.com

Sunan Bonan, adalah salah satu tokoh penyebar agama Islam atau Wali Songo dan banyak menggunakan aktifitas seni dalam dakwah dan penyebaran agamanya. Beberapa karya seni yang diciptakannya dalam bagian penyebaran agamanya antara lain:

Dakwah melalui pewayangan, Menyempurnakan instrumen gamelan, terutama bonang, kenong dan kempul, Wujil, macapat, nyanyian Tombo Ati yang banyak di nyanyikan ulang pada era sekarang ini dan masih banyak lagi. Sunan Bonang, yang memiliki nama Raden Maulana Makdum Ibrahim adalah anak dari Sunan Ampel dan wafat pada tahun 1525 M

Lokasi makam Sunan Bonang terletak di desa Bonang dan merupakan makam yang ramai kunjungan oleh para peziarah yang datang ke Tuban. Pada dasarnya, makam Sunan Bonang berada di 2 tempat yaitu di Bawean dan Tuban, dan dipercaya keduanya adalah asli. Sunan Bonang wafat di pulau Bawean, pada saat itu jenazah akan dikuburkan di Bawean, akan tetapi murid-murid yang di Tuban menginginkan jenazah tersebut di kubur di Tuban.

Lalu pada malam setelah kematiannya, sejumlah murid dari Tuban mengendap ke Bawean, dan "mencuri" jenazah Sang Sunan. Esoknya, dilakukanlah pemakaman. Anehnya, jenazah Sunan Bonang tetap ada, baik di Bonang maupun di Bawean. Karena itu, sampai sekarang, makam Sunan ada di dua tempat. Satu di Pulau Bawean, dan satunya lagi di sebelah barat Masjid Agung Tuban, Desa Kutareja, Tuban.

WISATA SYEKH MAULANA IBROHIM ASMOROKONDI


by mrpresidenri2020.blogspot.com


Lokasi Makam Ibrahim Asmoro Qondi Desa Gesikharjo, Kecamatan Palang lebih kurang 5 km dari pusat kota. Makam ini termasuk salah satu makam para wali di luar wali songo, karena beliau adalah ayah dari Sunan Ampel yang merupakan sesepuh para wali songo.

Menurut sejarah, beliau berasal dari negeri Assyamar Khand dan mengembara untuk mensiarkan agama Islam sampai akhirnya bermukim di tanah Jawa. Karena merasa kesulitan melafalkan kata Assyamar Khand, maka orang Jawa menyebutnya Asmoro Kondi. Kegiatan ritual yang mendatangkan puluhan ribu pengunjung adalah ritual Haul yang diisi dengan pengajian ajaran agama Islam.

Sunan Bejagung

by isasukemura-kiyoshi.blogspot.com

Situs wisata religi makam Sunan Bejagung atau Syaikh Abdullah Asy’ari yang semasa hidupnya popular menjadi penyulut pelita dan muadzin di Masjidil Haram, terletak di Desa Bejagung, Kecamatan Semanding Tuban. Dari pusat kota bergelar Bumi Ronggolawe ini, berjarak sekitar satu kilometer ke selatan, atau satu jalur dengan obyek wisata pemandian Bektiharjo.
Akses jalan menuju dua kompleks pemakaman yang disebut Bejagung Lor (utara) dan Bejagung Kidul (selatan) kini sudah beraspal hotmix. Di kawasan ini juga terdapat kompleks pemakaman Citro Sunan yang letaknya hanya dibatasi jalan raya jurusan Tuban-Bojonegoro..

Sebagai situs makam keramat, makam Sunan Bejagung yang dipayungi puluhan pepohonan tua berusia ratusan tahun itu diyakini menyimpan berkah. Di antaranya dapat mengeluarkan diri dari nasib ruwet, sekaligus sebagai obat mujarab untuk menyembuhkan berbagai luka dan penyakit.
Di sebelah utara komplek makam terdapat sebuah sumur berbentuk persegi yang dipercaya sebagai salah satu maha karya Sunan Bejagung. Meski bentuk sumur di makam Bejangung Lor ini tak lazim, tapi airnya tak pernah kering sepanjang musim. Untuk menimbanya juga menggunakan pemintal seperti yang banyak digunakan para pengrajin batik gedog dari Kecamatan Kerek, Tuban, yang masyhur sampai mancanegara itu.
Kompleks pemakaman Bejagung Lord an Kidul dipromosikan sebagai wisata spiritual bersamaan paket wisata lainnya yang ada di Kabupaten Tuban. Salah satunya, para peziarah juga ditarik untuk mengunjungi Goa Akbar serta situs wisata alam lainnya dalam satu paket.

Sate Mentog



Becek dan sate mentok (Cairina moschata) merupakan sajian khas Tuban, selain aneka penganan hasil laut. Hari minggu lalu saya dan beberapa rekan berkesempatan untuk mencicipi masakan mentok di warung “Sor Sawo”. Sor sawo merupakan singkatan dari ngisor sawo alias dibawah pohon sawo. Ya, didepan warung ini terdapat sebuah pohon sawo yang lumayan besar, sehingga suasana teduh dan sejuk menambah kenyamanan bersantap di warung ini. Masyarakat Jawa sangat terbiasa untuk menyingkat beberapa kata yang dirasa panjang dan kurang praktis untuk diucapkan. Teko endi alias dari mana sering diucapkan menjadi kondi, .
Warung sor sawo terletak di Desa Karang, Kecamatan Semanding. Warung ini merupakan jujugan bagi para penggila mentok. Olahan mentok yang disajikan di warung sederhana ini berupa sate dan becek. Saya kesulitan untuk mencari padanan kata becek ini. Kalau dilihat dari kuahnya, saya bisa menebak kalau becek ini menggunakan santan namun tidak terlalu kental.


Dari luar tidak yang menonjol dari bangunan warung ini. Sangat sederhana, tidak ubahnya warung atau rumah di daerah pedesaan Jawa. Warung ini masih berpegang teguh dengan model bangunan lama, dinding tidak ditembok dan juga lantai tetap tanah. Namun dibalik kesederhanaan bangunannya, warung ini menyimpan sebuah kemewahan rasa.
Sayang, kami terpaksa harus merelakan becek mentok-nya. Hebat, baru jam 11 saja, becek mentoknya sudah ludes. Akhirnya kuah becek saja yang dapat kami nikmati. Beruntung sate mentok masih tersedia.
Untuk minuman, warung ini menyediakan aneka minuman halal dan haram. Jangan kaget, saya telah ulas pada tulisan yang ini dan yang itu. Minuman halal mulai dari yang tradisional sampai minuman kapitalis tersedia disini, pun demikian dengan minuman haramnya. Ahh.. sudahlah, saya tidak akan memperpanjang halal dan haram ini, inilah kearifan lokal.
Bagaimana dengan kami? Toak dalam wadah centhak menjadi teman menyantap sate mentok ini. Toak adalah minuman tradisional khas Tuban. Minuman ini berasal dari sadapan pohon siwalan alias bogor (Borassus flabellifer). Penyajiannya juga khas, dengan menggunakan batang bambu sebagai pengganti gelas. Rasanya pahit manis asem segar…
Sate mentok pun telah matang. Woww..ini sate beneran! Bukan sate lalat alias sate-satean ituh… Irisan dagingnya lumayan besar, sehingga dijamin anda bakal puas. Soal rasa, jangan ditanya! Jauh berbeda dengan ayam! 
Bumbu yang disajikan dengan sate mentok ini adalah bumbu kecap, bukan bumbu kacang. Kecap cap “Laron”, pusaka kuliner Tuban menjadikan rasanya semakin menggigit. 
Mau pakai nasi putih, lontong atau nasi jagung? Anda bebas memilihnya. Tapi jangan heran, nasi jagung menjadi teman favorit sate maupun becek mentok. Beruntung kami masih mendapatkan lima bungkus nasi jagung, stok penghabisan.
Nasi jagung, kuah becek, sate mentok berpadu dalam buaian semilir angin dibawah pohon sawo….
Tak lupa harumnya kretek berpadu dengan pahitnya toak Tuban.

Garang Asem

by caturguna.com

Garang Asem. Hm,… hampir tiap daerah memiliki versi-nya masing masing. Nggak cuma di pulau Jawa sampai ke luar pulau Jawa juga punya garang asem-nya sendiri sendiri. Seperti waktu ke Pagaralam juga ada asem asem yang nancep bener rasanya. Tapi kali ini saya nggak mau ngebahas garang asem mana mana, melainkan garang asem dari kampung halamanku di Tuban Jawa Timur .


Garang Asem RM Rahayu ini beda dengan garang asem mana pun, bahkan dengan garang asem Tuban yang terkenal enaknya. Beda deh. Kalau garang asem Tuban kan terkenalnya dengan lauknya yang menggunakan ikan, tapi garang asem ini mengunakan ayam kampung dan kaldu ayam kampung asli pula.
Jika pun biasanya garang asem yang anda dan teman teman saya kenal adalah makanan yang terbungkus dalam daun pisang lengkap dengan bumbunya cabe rawit dan blimbing sayur dll, maka tidak demikian dengan garang asem favoritku ini. Ia hanyalah berbentuk sup bening berwarna merah keemasan dengan limpahan irisan bawang putih yang melimpah.

Personelnya pun tak banyak, hanya mengandalkan aroma bawang putih, asem dan cabai. Tapi justru karena kesederhanaan bumbunya inilah garang asem rahayu terasa sangat segar luar biasa. Terutama karena kaldunya ini murni dari air rebusan ayam kampung, gurihnya pun berasa banget. Soal ayamnya? nggak usah ditanya, empuk sekali dengan tekstur ayam kampung yang padat dan bersih. Enak sekali.
Pokoknya kalau sudah sampai Tuban, please jangan dilewatkan nyicip garang asem favoritku ini. Lalu drop komen disini ya … hehehee …  Oya, selain garang asem disini juga ada aneka hidangan lain seperti kari, rawon dan lain sebagainya. Untuk minumannya, favorit saya adalah es sarang burung. Tentunya sarang burung burungan alias jelly, namun yang ngebuat lain dari yang lain adalah penggunaan lengkeng kering dalam adonannya. Lengkeng kering ini memberikan warna moka yang cantik dengan rasa lengkeng yang khas, segar mantab.
Alamat : RM Rahayu. Jl. Basuki Rachmat no 135 Tuban Jawa Timur. 0356 324325

Ndas Manyung

by antarajatim.com

Tuban - apakah anda mau menu garangasem ikan manyung ? Datang saja di warung Hajah Rasyidah (66), yang lokasinya halaman parkir Pasar Baru di Desa gedungombo, Kecamatan Semanding, Tuban, Jawa Timur.

Warung yang berdiri di atas obyek wisata alam Goa Akbar tersebut, tidak buka pagi atau siang hari.
memang mereka selalu buka sore karena suasananya lebih bagus.

Di warung setempat, sebenarnya tidak hanya menu garangasem ikan manyung yang menjadi andalan. Ada juga, menu kare rajungan, sayur lodeh mangut (ikan tenggiri, pe dan tongkol), ikan nus, juga yang lainnya. 

"Di sini ada juga goreng ikan trumpah, tapi garangasem ikan manyung selalu menjadi buruan pembeli," kata Darwati dengan nada bangga.

Diakui Darwati, menu garangasem ikan manyung, sebenarnya juga dijual di sejumlah penjual makanan di wilayah Tuban, juga Lamongan, terutama di sepanjang pantura. Namun, lain koki lain pula cita rasanya, bergantung kemampuan mengolah dan menyanyikan untuk disantap.

Garangasem ikan manyung, baik bentuk ikannya maupun kuahnya memiliki kemiripan dengan asem-asem "ndas" (kepala) ikan rengkik Bengawan Solo di Bojonegoro. "Garangasem manyung, beda dengan asem-asem," ucapnya, menjelaskan.

Ia menyebutkan, resep kuah ikan manyung di warung setempat, diperoleh Hajah Rasyidah sudah turun temurun, sehingga berbeda rasanya dibandingkan dengan garangasem ikan manyung di warung lainnya.

Hanya saja, resep secara umum tidak ada perbedaan dengan garangasem ikan manyung di warung lainnya. Di antaranya bumbu yang dimanfaatkan yakni kemiri, bawang merah, bawang putih, asam masak, dan terasi.

Bahkan, daging ikan manyung, yang pola memasaknya digoreng setengah matang, kemudian dimasak bersama kuah kalau dimakan selain gurih, juga empuk. "Kalau daging ikan manyung rasanya ya mak nyusss," ujar Darwati sambil tersenyum.

Mau tahu harga menunya? Seperti disampaikan Darwati, meskipun, model warung kaki lima, berbagai aneka makanan di warung setempat, tidak kalah rasanya dengan menu yang ada di restoran besar.Disebutkan, harga satu porsi garangasem ikan manyung, nasi dan teh, dengan lauk kepala Rp18.000, dengan lauk ikan manyung badan cukup Rp11.000/porsi. Dalam sehari, lanjutnya, di warung setempat mampu menjual 25 kepala ikan manyung ditambah 5 kilogram badan ikan manyung.

"Kalau ditotal, kami menyediakan sekitar 20 kilogram ikan manyung setiap harinya," katanya seraya menambahkan selama ini untuk mendapatkan ikan manyung di wilayah setempat, tidak pernah kesulitan.Hampir setiap hari selalu ada garangasem ikan manyung.

Sementara itu, untuk kare rajungan, lengkap dengan nasi dan teh, juga harga kaki lima Rp18.000/porsi. Menu lainnya yang juga tak kalah lezat yakni menu ikan laut seperti sayur lodeh mangut, menu ikan nus, harganya dibawah Rp10.000/porsi.

Menurut dia, ibunya Hajah Rasyidah yang berjualan garangasem ikan manyung sudah 15 tahun lebih. Selama ini, menu makanan yang dijual tersebut mampu bertahan dan selalu diburu pembeli dari berbagai daerah di Jatim dan Jateng. Baik yang langsung datang untuk makan di warung setempat, atau yang kebetulan berziarah ke makam Sunan Bonang yang mampir untuk mencicipi menu garangasem ikan manyung.

Penikmat ikan manyung, kata Darwati dan Parno, tidak hanya kalangan lapisan bawah, juga menengah dan kalangan atas. Parno mencontohkan, beberapa hari yang lalu ada sekitar 40 orang asal Rembang, Jateng, yang datang khusus untuk makan sahur di warungnya, dengan menu garangasem ikan manyung.

MUSEUM KAMBANG PUTIH

by travel.detik.com
Museum ini terletak di Jl. Kartini No. 3 Tuban, kode pos 62313 Jawa Timur. Museum ini merupakan museum umum yang diselenggarakan oleh pemerintahan kabupaten. Semula bangunan berfungsi sebagai kamar bola. Tanggal dibangun adalah 4 Januari 1984, namun baru difungsikan sejak tanggal 28 Maret 1984. Bangunannya dibuat di atas lahan seluas 150 m2, dibuat satu lantai dengan luas bangunan publik 125 m2. Bangunan ini didirikan berdasarkan SK No 22 Tahun 1984 dengan status kepemilikan tanah milik pemerintah.

Bagi mayoritas masyarakat di Indonesia, berwisata ke museum tidak semenarik seperti berwisata ke objek-objek wisata lain layaknya ke pantai, bermain di arena permainan, dan lain-lain sebagainya. Dan pada umumnya yang datang mengunjungi museum hanyalah para pelajar dan biasanya hanya dilakukan sebagai prasyarat untuk mata pelajaran tertentu. . Masyarakat disana justru sangat gandrung untuk melakukan wisata ke museum, dan pemerintahnya pun sangat menfasilitasi dengan merawat museum dengan baik.

Museum Kambang Putih merupakan satu-satunya museum yang berada di Kabupaten Tuban. Lokasinya sangat strategis di tengah kota Tuban dan berada di kawasan yang sama dengan alun-alun kota Tuban, Masjid Agung, serta Makam Sunan Bonang yang cukup ramai dikunjungi penduduk setempat dan juga wisatawan dari luar kota. Di Museum Kambang Putih kita akan menemukan benda-benda bersejarah yang dikumpulkan dari berbagai daerah di Kabupaten Tuban. 
Setelah mengisi buku tamu dan memberikan sumbangan sukarela untuk perawatan museum, kami pun dipersilahkan oleh seorang pria untuk memasuki museum. Setibanya di dalam saya pun berdecak kagum karena ternyata pada satu bagian museum terdapat koleksi uang Indonesia sejak pertama kali di keluarkan. Uang Indonesia yang pertama kali dikeluarkan  adalah ORI (Oeang Republik Indonesia) bulan Oktober tahun 1946, dicetak di desa Kendal Payak, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. Dicetak di atas kertas yang masih sederhana, desainnya pun masih sederhana. Dan ada juga RIS (Republik Indonesia Serikat), yaitu uang yang dikeluarkan pada tahun 1950 untuk menggantikan uang NICA dan ORI dari peredaran, yang kemudian digantikan dengan uang RI yang diterbitkan oleh Bank Indonesia pada tahun 1952/1952. 
Di ruangan tersebut secara refleks saya pun menyiapkan kamera digital dan bersiap mengambil gambar yang ada di dalam museum. “Di dalam museum tidak diperbolehkan mengambil gambar mas, ada undang-undangnya”, ujar bapak pengawas museum dengan tegas. Sepertinya dia sudah hafal benar dengan perilaku para pengunjung museum yang hobi mengabadikan gambar. 
Saya pun mengerti alasan mengapa dilarang mengambil gambar dengan alasan keamanan karena di dalam museum banyak terdapat benda-benda bersejarah yang bernilai tinggi dan menyimpan cerita Kota Tuban. Selain koleksi uang kuno, ada juga koleksi yang menegaskan keragaman suku dan agama dari masyarakat Tuban, berupa wayang kulit dan wayang golek, sebuah replika dari Barongsai, yaitu simbol naga yang menjadi salah satu lambang budaya masyarakat keturunan Tionghoa, beberapa jenis alat musik tradisional dan bahkan koleksi fosil dan benda-benda purbakala. Ruangan demi ruangan pun terlewati hingga akhirnya saya sampai di ruangan terakhir di dalam museum, yang bangunannya memiliki ruang-ruang yang besar dan tinggi, serta fasade bangunannya tampak seperti bangunan lama jaman Belanda dengan kolom-kolom yang tinggi. memang Ini dulunya kantor jaman Belanda, sempat jadi kantor pemerintah juga sebelum jadi museum.

Rabu, 29 Februari 2012

SUNGAI KRAWAK


by wisatanesia.com
letak sungai krawak di montong.
Sungai Krawak Tuban adalah salah satu objek wisata sungai yang begitu bersih. Air yang sangat jernih itu bersumber dari mata air di bebatuan pinggir sungai. Di sekitar wilayah sungai dikelilingi pohon jati sehingga menambah pemandangan eksotis dengan warna yang masih hijau dan lebat.
Di sini,Anda dapat beristirahat dengan tenang karena letaknya jauh dari pemukiman penduduk. Namun untuk aktivitas yang bisa Anda lakukan di sini adalah seperti, berenang, mancing, dan sekedar bersantai di tepi sungai.


Sungguh sangat menyenangkan menikmati segarnya udara hutan tuban dengan diiringi nyanyian burung yang berkicau dengan merdunya. Sungai Krawak Tuban ini sangat cocok untuk dikunjungi terutama untuk para kawula muda yang sedang menjalin asmara

AIR TERJUN NGLIRIP


by wisatanesia.com


Tempat wisata air terjun "Nglirip" terletak di wilayah kecamatan Singgahan, ± 35 KM arah barat daya dari Kota Tuban.Jawa Timur. Untuk mencapai lokasi ini pengunjung yang tidak menggunakan mobil pribadi dapat menggunakan angkutan umum. Terdapat dua rute angkutan yaitu :

Rute Montong : yaitu naik angkutan umum dari terminal Tuban dengan jurusan Montong, yang kemudian dari di lanjutkan dengan naik kendaraan jurusan Jojogan. "Nglirip" terletak antara Montong - Jojogan, sehingga Pengunjung dapat langsung melihatnya jika melewati rute ini.

Rute Singgahan : yaitu dari Terminal Tuban naik bis jurusan Jatirogo, bis ini akan transit di terminal Kab. Bojonegoro yang kemudian dilanjutkan ke tujuan utama, Jatirogo. Jika pengunjung memilih rute ini, anda dapat turun di pertigaan "Warung Anjlok" - Jojogan. Dari sini, Nglirip hanya berjarak kurang dari satu kilo meter. Jika anda tidak malas, anda dapat berjalan kaki sampai ke Nglirip, atau naik angkutan jurusan Montong.

Sesampainya disini anda akan mendapatkan pemandangan yang sangat menawan, dari pinggir jalan saja anda dapat melihat jatuhnya air dari tebing yang di atasnya terdapat jembatan kecil. Bagi Anda yang ingin menyusuri aliran bawah air terjun harap berhati-hati, karena jalanan setapak akan sangat licin, terutama di musim hujan.

Yang tampak oleh mata jika berada di bawah air terjun Nglirip adalah derasnya air yang jatuh dengan bebas dari ketinggian kurang lebih 25 M, satu hal lagi jika Anda perhatikan dengan baik bahwa terdapat Goa yang cukup besar di balik air terjun ini. Dahulu kala dipercayai sebagai tempat bersemedi bagi leluhur yang berilmu tinggi, ada juga yang mengatakan didalam goa ini dahulu terdapat seorang wanita yang menanti kekasihnya sampai sekarang, tentunya tinggal rohnya saja. Penduduk sekitar percaya bahwa sewaktu-waktu wanita ini akan keluar untuk berbelanja, tetapi orang tidak ada yang mengetahui wujud dari wanita ini.

Jika Anda kearah timur dari lokasi air terjun, Anda akan mendapatkan lokasi sumber air alam (kerawak) yang keluar dengan derasnya di tepian sungai. Sudah pasti Anda ingin untuk bermandi-ria. Lokasi ini masih sangat alami, belum ada bangunan apapun, dan sekali lagi agar berhati-hati karena banjir dadakan dapat datang tiba-tiba terutama di musim hujan

PEMANDIAN BEKTIHARJO

by wisatanesia.com
Pemandian Bekti Harjo mempunyai Lokasi yang terletak sekitar 5 km dari kota Tuban Jawa Timur,ini mempunyai sumber mata air yang sangat jernih. Sehingga selain sebagai sumber air minum juga dimanfaatkan sebagai lokasi pemandian dan arena berenang. Kolam renang Bektiharjo senantiasa bersih dilengkapi dengan papan loncat. Bagi pengunjung anak-anak juga terdapat kolam untuk anak yang agak dangkal. Penggantian air kolam dilakukan secara rutin dengan memompa sumber mata air yang ada tepat di sebelah kolam renang.
by wisatanesia.com

Hal lain yang sangat berbeda dari kolam renang kebanyakan adalah adanya komunitas kera jinak di sekitar lokasi pemandian. Kera-kera ini tidak mengganggu, kecuali bagi pengunjung yang membawa makanan agar dijaga dengan baik. Karena sering kali kera-kera yang kelihatan sangat pendiam dapat bergerak dengan sangat cepat untuk mengambil kue atau makanan kecil yang sedang dipegang.


PEMANDIAN AIR PANAS PRATAAN

ekosunaryo7.student.umm.ac.id



Air Panas Prataan Berada di tengah hutan di daerah yang masuk di wilayah Kecamatan Parengan,Kabupaten Tuban,Jawa Timur. yaitu sekitar 5 km dari pusat kecamatan parengan. Kondisi sekitar sumber air panas masih sangat alami sekali yaitu berupa hutan-hutan yang masih alami dengan pepohonan yang rindang.
by wisananesia.com

Jarak pemandian air panas Prataan sekitar 45 km arah barat dari Kota Tuban. Suhu air mencapai 56 derajat Celsius, dengan kadar belerang yang sangat tinggi dapat menyembuhkan beragam penyakit kulit seperti gatal-gatal dan lain-lain.
Bila hendak berkunjung dapat melewati rute Tuban-Montong-Tanggulangin, sehingga dapat terhibur dengan pemandangan alam berupa tegalan, sawah dan hutan jati. selain itu juga dapat menempuh rute tuban-jatirogo-parengan atau tuban- bojonegoro- parengan. Wisata Indonesia Surga Dunia

GUA PUTRI ASIH


by wisatanesia.com

Gua putri asih ini terletak di daerah montong kabupaten tuban jawa timur. Gua putri asih ini sangat indah sekali dan terletak ditengah hutan jati yang masih alami. Bila anda berkunjung ke kota Tuban maka jangan sampai lupa untuk menginjakan kaki di gua ini, karena pasti Anda akan menyesal. gua ini menyuguhkan panorama alami berupa gua dengan indahnya stalaktit dan stalakmit yang bermunculan dan bergelantung di dinding gua putri asih.

Yang paling indah dari gua ini adalah ada sebuah stalaktit dan stalakmit yang sangat besar yang menyerupai dengan selendang putri, makannya gua itu disebut dengan sebutan gua putri asih.

Bila anda tertarik untuk berkunjung kesana maka Anda bisa mengambil beberapa jalur alternatif yaitu bisa langsung dari kota Tuban menuju singgahan dan gua putri asih tersebut terletak antara montong dan singgahan.Wisata Indonesia Surga Dunia

KLENTENG Kwan Sing Bio

                                                                             
                                                                        Klenteng Kwan Sing Bio terletak di sebelah barat kota Tuban
 by klenteng300.blogspot.com   
Klenteng ini merupakan salah satu Klenteng yang cukup ramai dikunjungi di wilayah Jawa Timur. Nggak hanya warga Surabaya dan Semarang (banyak mobil letter H dan L) aja yang banyak berkunjung ke sini, tapi bahkan warga dari tetangga sebelah seperti Singapura, Malaysia dan China sendiri terlihat sering berdatangan kemari


Siau Cu di depan lokasi penginapan klenteng Tuban

Quote:Klenteng ini sendiri disebut sebut merupakan satu – satunya kelenteng di Indonesia yang menghadap laut bebas. Menurut denger denger kanan kiri sih, katanya keberadaannya yang berani menantang laut ini, mengartikan bahwa Klenteng ini kuat dan beberapa orang menyebut dengan berdoa disini banyak yang dikabulkan permintaanya, makanya klenteng ini selalu ramai.

Kwan Sing Bio, sebuah kelenteng yang megah di Tuban. Kelenteng ini sangat ramai dikunjungi oleh etnis Tionghoa, konon karena kekeramatannya. Kelenteng ini diklaim sebagai satu-satunya kelenteng di Indonesia yang menghadap laut bebas. Sebenarnya di Tuban terdapat dua kelenteng. Satu kelenteng lagi berada di dekat alun-alun Tuban, Tjoe Ling Kiong. Namun dari sisi luas bangunan dan juga pengunjung, nama Kwan Sing Bio seolah menenggelamkan keberadaan saudara tuanya itu.


Suasana Klenteng Kwan Sing Bio dan Suasana Pantai di Depan Klenteng
Kwan Sing Bio berdiri di tepian laut bukan sebuah perencanaan yang matang, namun sebuah kebetulan dan kedaruratan semata. Paling tidak ini adalah salah satu versi cerita sejarah berdirinya kelenteng megah ini. Dahulu kala, terdapat kelenteng yang berada di Kecamatan Tambakboyo, sekitar 30 kilometer arah barat Kota Tuban. Suatu saat para pengurus kelenteng akan memindahkan arca Kwan Kong menuju daerah Surabaya melalui jalur laut.

Ternyata ketika berada di perairan Tuban, kapal kandas menghantam karang. Berbagai upaya untuk menarik kapal tidak berhasil hingga akhirnya muncul petunjuk untuk membangun kelenteng darurat di pantai Tuban tersebut.

Pada masa orde baru, kelenteng merupakan sebuah rumah ibadah yang diperuntukkan bagi tiga umat agama, karenanya sering dikenal dengan nama TITD (Tempat Ibadah Tri Dharma), yaitu Budha, Taoisme dan Konghucu. Semangat anti Tionghoa pada masa itu, mengharuskan semua bentuk kebudayaan Tionghoa tidak boleh dipertunjukkan kepada masyarakat umum, bahkan nama pun harus diganti dengan nama Indonesia. Ah… dasar Paman!…

Bangunan kelenteng Kwan Sing Bio terus berkembang, terutama di bagian belakang. Keindahan arsitektur Tiongkok dapat kita saksikan disini, tanpa harus membayar fiskal tentunya. Seperti halnya kelenteng besar di kota lainnya, perayaan Imlek berlangsung sangat meriah di kelenteng ini. Bukan hanya barongsai, wayang tionghoa (wayang titi), pesta kembang api hingga atraksi kungfu pun digelar dan menjadi tontonan gratis bagi masyarakat umum.

Bagi pengunjung yang hendak bermalam tidak perlu khawatir, kelenteng ini menyediakan tempat bermalam gratis yang mampu menampung ribuan pengunjung. Urusan makan juga gampang, kelenteng ini menyajikan makanan gratis setiap harinya.


Siau Cu dan Lukisan di Klenteng
Soal kemahsyuran kelenteng ini tidak perlu dipertanyakan, buktinya deretan lampu lampion, arca dewa hingga lilin yang terpasang seolah mampu membuktikannya. Beragam nama dan asal daerah pengunjung dapat kita lacak disitu, konon Om Liem dulunya sering berkunjung kesini dan memasang lilin merah yang baru habis setelah menyala selama setahun. Ya, ukuran lilinnya yang menentukan. Disini anda bisa melihat lilin dengan ukuran sepelukan orang dewasa dengan tinggi menjulang hingga dua meter.

GUA AKBAR

Wisata Gua Akbar terletak di Ngaban, Kelurahan Gedongombo, Kecamatan Semanding,
KOTA Tuban, Jawa Timur tidak hanya tersohor karena minuman segarnya ‘legen’ yang diteres dari daun aren atau pegunungan kapurnya untuk dimanfaatkan industri pembuatan semen.
by cahkulonx.blogspot.com
Tuban kini mendapat julukan kota seribu gua. Titel itu diberikan karena sejatinya di kabupaten ini terdapat sedikitnya seribu goa. Salah satunya Goa Akbar yang telah ditawarkan sebagai salah satu lokasi wisata unggulan sejak 1996 lalu. Berwisata dengan mengunjungi goa mungkin sudah tidak asing bagi Anda yang memiliki hobi traveling. Namun Goa Akbar, yang lokasinya persis di bawah kota, berbeda dengan lazimnya goa lainnya.

Kebanyakan orang mungkin mengira, tempat wisata yang berupa goa selalu identik dan berdekatan dengan hutan belantara atau pegunungan. Dan inilah, salah satu keunikan goa yang memiliki luas sekitar 0,5 hektare yang berada di Dukuh Ngabar, Kelurahan Gedongombo, Kecamatan Tuban Kota.

Goa yang memiliki nama asli Goa Ngabar ini diambil dari nama pedukuhan setempat. Selain itu, dahulu di sekitar goa banyak tumbuh pohon ngabar–sejenis pohon beringin yang memiliki batang kulit berwarna putih dan memiliki ranting menjulur ke bawah.

Untuk kelestariannya, di lokasi ini juga masih dirawat sebatang pohon ngabar sebagai simbolnya. Pemberian nama Akbar pada gua juga dikarenakan ruangan gua yang sangat luas dan besar. Selain itu, nama Akbar juga merupakan akronim dari Aman, Kreatif, Bersih, Asri, dan Rapi– yang tak lain adalah slogan dari Bumi Ronggolawe ini.

Ruangan dalam goa ini saling terhubung dan banyak memiliki keunikan yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Misalnya, goa yang terletak persisnya di bawah pasar induk tradisional setempat masih tampak alami.

Terhubung pantai
Sejatinya, goa yang memiliki lorong sepanjang 1,2 kilometer ini adalah bagian atas saja. Sementara, pada bagian bawahnya juga terdapat ruangan yang tidak kalah luas. Sejumlah lorong yang ada di dasar goa ada diantaranya yang mengarah ke utara dan terhubung hingga pantai pesisir utara. Jaraknya sekitar 2 kilometer di pesisir pantai.

Sedangkan untuk lorong yang mengarah ke timur juga tersambung dengan Goa Ngerong– sebuah obyek wisata goa lainnya yang terletak di bagian selatan Kota Tuban persisnya di pinggir Anak Sungai Bengawan Solo. Padahal, jarak antara Goa Ngerong dengan Goa Akbar tidak kurang dari 27 kilometer.
Untuk lorong yang mengarah ke barat terhubung dengan sungai bawah tanah Srunggo yang letaknya di wilayah Kecamatan Merakurak. Namun, lorong yang menuju ke bagian bawah ini sengaja dirahasiakan dan tidak dibuka untuk umum.

Sisi religius
Masyarakat Tuban percaya keberadaan Goa Akbar tersebut memiliki keterkaitan historis dengan sejarah perjuangan Wali Songo (Wali Sembilan), penyebar agama Islam di Pulau Jawa.

Dikisahkan, saat itu Sunan Bonang melihat goa ini waktu diajak oleh Sunan Kalijogo (Raden Mas Sahid), seorang putra Bupati Tuban kala itu. Sehingga, beberapa tempat di goa ini oleh sejumlah kalangan dipercaya sebagai tempat Sunan Kalijogo dan Sunan Bonang pernah bertapa. Misalnya, ceruk yang diberi nama Pasepen Koro Sinandhi yaitu, tempat pintu yang dirahasiakan.

Ceruk ini sangat kecil pintunya dan untuk masuk ke dalamnya, orang harus merangkak atau membungkuk. Warga sekitar percaya prosesi membungkuk ini memiliki makna filosofis yang tinggi yakni, pengunjung diingatkan bahwa dihadapan Tuhan semua harus bersikap diri.

Pada sisi lain, dalam gua terdapat sebuah ruangan yang bisa digunakan untuk melaksanakan ibadah salat dan oleh Pemkab Tuban telah ditata sedemikian rupa seperti musola plus dengan tempat wudhunya.

Pada ruangan lainnya yang cukup luas juga diberi nama Paseban Wali. Lokasi ini, juga dipercaya sempat digunakan oleh para Wali Songo untuk berkumpul dan menyampaikan ajaran agama Islam. Apalagi, letak ruangan ini juga mirip dengan ruang pertemuan yang bagian atapnya terdapat lubang-lubang udara hingga cahaya matahari masuk ke dalam dengan jelas.

Adapun stalaktit dan stalagmit juga seakan menjadi hiasan ruangan pertemuan dengan adanya batu-batu besar yang terletak di bagian depan ruang, yang seolah menjadi podium bagi pembicara. Dan pada salah satu ruangan, juga terdapat bongkahan batu yang dikelilingi pagar tembok bertuliskan Perapian Empu Supa.

Paska resmi dibuka oleh Bupati Tuban Hindarto pada 1996 lalu, setiap ruangan dalam goa yang dihubungkan dengan lorong-lorong ini diberi pegangan tangan dari pipa besi. Kini, dalam perkembangannya, pipa pengangan itu telah di ganti stainlis.

Pada lorong-lorongnya yang gelap dipasangi lampu aneka warna hingga suasana menjadi nyaman. Gelapnya, lampu yang ada dalam gua ini disebabkan karena sebagian penerangan tidak terawat. Di tempat ini pengungjung dianjurkan tidak merokok, berkata-kata, dan berbuat tidak sopan. Pagar pembatas juga sengaja dibuat agar pengunjung tidak sampai mengeksplorasi tanpa arah saat berada di dalam goa.

Umumnya, pada wisatawan domestik yang berkungjung di goa ini adalah rangkaian paket wisata religi Sembilan Wali. Karena, memang di Kabupaten Tuban ini merupakan wilayah lintasan strategis yang terdapat makam salah satu Wali Sembilan yakni, Sunan Bonang letak persisnya, berada di Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Tuban Kota dan bersebelahan dengan pendopo kabupaten serta alun-alun kota.(M-1)

GUA NGERONG


 by biotagoa.org
Goa Ngerong adalah suatu gua dan tempat wisata di Kecamatan Rengel, Tuban Jawa Timur. Di tempat tersebut para pengunjung dapat melihat ribuan ikan di sungai yang airnya sangat jernih. Biasanya para pengunjung memberikan biji kapuk randu ke dalam sungai agar ikan-ikan tersebut mengapung untuk berebut makanan. Karena airnya yang jernih, sebagian besar warga di sekitar tempat tersebut juga memanfaatkannya sebagai tempat mandi dan mencuci.
kemarin, saya diberitahu Sigit Wiantoro, kolega di museum yang baru saja mengunjungi Tuban untuk mengkoleksi beberapa spesimen tambahan kelelawar jenis baru yang dia temukan di gua-gua di Tuban.

Dia bilang, populasi kelelawar di Gua Ngerong lebih sedikit dibandingkan dengan sebelumnya. Dulu, banyak sekali kumpulan kelelawar dari jenis Rousettus yang bergelantungan di sekitar mulut gua.

Namun kini, jumlah itu lebih sedikit dibandingkan tutupan sekarang dengan tutupan beberapa tahun lalu.

Apa penyebab berkurangnya populasi kelelawar disana?

Sigit tidak bisa menjawab dengan pasti, yang jelas ada beberapa faktor yang bisa menjadi salah satu alasan kenapa populasi kelelawar berkurang.

Pada tahun 2002, saya berkunjung ke Gua Ngerong dan cukup takjub ketika melihat gerombolan kelelawar dengan kecepatan tinggi keluar dari dalam gua yang memakan waktu hampir satu jam-an.

Kemudian, pada tahun 2007 saya kembali berkunjung ke Gua Ngerong hanya untuk melihat keberadaan kelelawar dan ikan yang ada di dalam sungainya.

Kelelawar yang menempel di dinding di mulut gua masih sangat banyak dan saya bisa mendekat untuk melihat dari dekat gerombolan kelelawar yang berdesakan.

Sore harinya, saya kembali menyaksikan jutaan kelelawar dari beberapa jenis keluar secara bergelombang seperti angin dengan kecepatan tinggi yang siap menabrak apa saja yang ada di depannya.

Beberapa bulan lalu, Sigit kembali ke sana setelah sebelumnya pada tahun 2010 dia juga mengunjungi Gua Ngerong. Ada banyak perubahan di Gua Ngerong dan ada yang salah disana.

Lantas apa yang kurang pas dan bahkan mungkin salah dalam pengelolaan Gua Ngerong?


Bulus putih yang keberadaannya semakin tidak diketahui (Capture Movie C. Alkantana)

Salah kelola

Setidaknya ada beberapa hal yang kurang tepat telah dilakukan oleh pihak pengelola wisata Gua Ngerong.
by. biotagua.org

1. Pembuatan tembok beton dipinggir sungai

Sewaktu berkunjung 2002 ketika waktu itu bareng Pak Edi Toyibi dan Cahyo Alkantana, sungai diluar Gua Ngerong telah dibeton.

Waktu itu, Pak Edi menyampaikan kalau populasi bulus putih di Gua Ngerong semakin terancam karena mereka sudah tidak lagi menemukan habitat untuk meletakkan telur yang memerlukan tepian sungai yang berpasir yang saat ini diluar gua telah dibeton.

Hal ini sangat masuk akal, karena bulus sudah kesulitan untuk meletakkan telur jikalau mereka telah berhasil untuk bereproduksi. Namun, sampai saat ini belum diketahui komposisi jenis kelamin bulus yang hidup di sungai bawah tanah ini. Bulus yang konon dari jenis Chitra chitra ini beberapa waktu lalu hanya tinggal tiga ekor.

Banyak ancaman bagi keberadaan dan kelestarian jenis ini akhir-akhir ini. Namun, mungkin pihak pengelola belum banyak memperhatikan keberadaan nya sebagai aset yang penting tidak hanya secara ekonomi tapi secara biologi dan ilmu pengetahuan sangat berharga.


Peneduh dengan atap seng yang dipasang di depan mulut gua. Foto diambil Oktober 2011 oleh Titik Kartitiani

2. Pembuatan peneduh di depan mulut gua

Saya belum tahu persis tentang pembuatan peneduh di depan mulut gua. Sigit Wiantoro bercerita kalau sekarang ada semacam bangunan di depan mulut gua yang konon ditujukan untuk melindungi pengunjung dari jatuhnya kotoran kelelawar yang banyak bergelantungan di depan mulut gua.

Lantas apa yang mengganggu dari bangunan ini?

Bangunan ini secara estetik mengganggu karena menghalangi orang ketika ingin mengambil gambar bentuk mulut gua Ngerong secara keseluruhan sperti yang disampaikan oleh Titik Kartitiani yang beberapa waktu lalu berkunjung ke sana.

Namun jauh dari itu, ada yang lebih penting yaitu bangunan itu mengganggu proses keluar kelelawar yang mengalir seperti air bah jutaan kelelawar dari dalam gua.

Kelelawar yang berduyun-duyun dan bergelombang dengan kecepatan tinggi harus menghindari bangunan yang tepat berdiri di depan mulut gua.

Meskipun kelelawar mempunyai kemampuan ekolokasi, tapi dengan jumlah jutaan bersamaan dan kecepatan tinggi, bangunan tersebut menjadi hambatan tersendiri.

Apakah bangunan ini benar-benar mengganggu? masih diperlukan kajian lebih jauh, namun secara jelas hal ini telah mengganggu keberadaan kelelawar untuk keluar masuk gua.

MASJID AGUNG TUBAN


by. visit design

Masjid yang berlokasi di kelurahan Kutarejo, kecamatan Tuban ini didrikan pada masa pemerintahan Adipati Raden Ario Tedjo (Syeh Abdurrahman), Bupati Tuban ke-7, dimana saat itu ialah awal permulaan pemerintahan Islam, beliau wafat pada tahun 1460 (abad ke-15). Namun secara pasti pendiri masjid ini tidak tercatat. Masjid agung tuban dahulu bernama masjid jami.

Masjid Agung dibangun untuk ke dua kali (direnovasi pertama)  pada tahun 1894 M pada masa pemerintahan Bupati Raden Tumenggung Kusumodigdo (Bupati Tuban ke 35).  Bangunan Masjid yang besar dan megah berdiri kokoh di sebelah barat alun-alun kota tuban menjadi kebanggaan masyarakat Tuban

by. panoramio.com


Masjid yang letaknya berdekatan dengan makam sunan bonang ini memiliki keindahan wisata religi dengan gaya ala dongeng 1001 malam. Tak kalah dengan masjid-masjid terkenal di penjuru nusantara yang membuat kagum para wisatawan yang berkunjung di kota tuban. Dengan ornamen yang begitu indah, polesan yang begitu detail, tembok yang penuh ukiran membuat masjid ini menjadi salah satu masjid termegah di Jawa timur.

Masjid Agung Tuban  merupakan salah satu peniggalan sejarah kota tuban,banyak ajaran- ajaran islam yang disebarkan oleh sunan bonang  dilakukan di masjid ini. Masjid Astana itulah nama bangunan masjid kecil yang didirikan Sunan Bonang kala itu. Masjid ini kemudian berkembang menjadi tempat ibadah sekaligus tempat dilangsungkannya kegiatan belajar dan mengajar mengenai Islam. Dalam perkembangan selanjutnya, bangunan masjid ini diperluas menjadi bangunan masjid yang dikenal sebagai Masjid Agung Tuban saat ini. Masjid Agung Tuban, yang dahulu bernama Masjid Jami, sempat mengalami beberapa kali renovasi.

Renovasi selanjutnya dilakukan tahun 1985, di mana bangunan masjid mengalami perluasan. direnovasi Masjid ini selesai pada tahun 2000 dan semakin dapat membuat kagum para wisatawan yang berkunjung di kota Tuban. Kemudian, di tahun 2004 dilakukan kembali renovasi terhadap bangunan Masjid Agung Tuban oleh pemerintah Kabupaten Tuban. Renovasi yang dilakukan kali ini meliputi pengembangan satu lantai menjadi tiga lantai, menambah sayap kiri dan kanannya dengan mengadopsi arsitektur bangunan berbagai masjid terkenal di dunia serta penambahan enam menara masjid dengan luas 3.565 meter persegi.

Apabila anda sedang berkunjung di kabupaten tuban sangatlah tidak lengkap apabila belum mengunjungi masjid yang satu ini. Apabila anda sedang melakukan perjalanan dinas dan kebetulan menginap di hotel mustika Tuban, anda cukup menempuh jarak sekitar 1,5 km  dari hotel mustika ke Masjid Agung Tuban.

BOOM

by sahabattjp.blogspot.com
pantai Boom terletak di Desa Sendangharjo kecamatan, Kota Tuban.
Di daerah Tuban ada tempat wisata baru, namanya Wisata Pantai Boom. Beberapa tahun yang lalu tempat ini hanya berupa semenanjung bekas pelabuhan tua yang mulai terkikis air laut. Atas ide Bupati Tuban saat itu Dra. Haeny Relawati W, tempat ini direnovasi guna dijadikan tempat wisata baru, mulai dikerjakan pada pertengahan tahun 2010 dan mulai di buka untuk umum pada tanggal 1 januari 2011.

bypanoramio.com
Di tempat ini, pengunjung bisa jalan-jalan disepanjang jalan 900 meter menjorok ke laut yang dilengkapi dengan taman yang sudah ditata sedemikian rupa menyatu dengan lingkungan alam sekitarnya. Disediakan gazebo buat para pengunjung yang ingin beristirahat dan menikmati suasana pantai. Bagi yang mempunyai hobi memancing, disediakan pula tempat-tempat pemancingan di ujung kanan-kiri lokasi wisata pantai ini. Pemandangan lain yang dapat dinikmati pengunjung adalah bersandarnya kurang lebih 300 perahu nelayan tradisional di samping kanan dan kiri lokasi wisata pantai ini. Pada pagi hari akhir pekan, biasanya banyak warga yang memanfaat kan lokasi ini untuk jogging. Selain karena biaya masuknya murah yaitu sekitar Rp. 1.500 per orang di lokasi ini juga bisa sudah terdapat jalan-jalan kecil untuk jogging track. Lokasi ini juga sangat strategis untuk melihat sunset di sore hari karena lokasinya yang menjorok kelaut. Jika Anda berkunjung ke Tuban, jangan lupa mampir ke Wisata Pantai Boom.
   

Ribuan pengujung yang ingin menghabiskan liburan Tahun Baru membanjiri obyek wisata Pantai Boom Kabupaten Tuban, yang berada di Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Kota Tuban, Minggu (26/1/2012). Rata-rata pengunjung datang dari luar Kota Tuban.

Pantauan beritajatim.com di lapangan, ribuan pengunjung yang datang ingin berlibur tampak mengantri untuk memasuki kawasan wisata Pantai Boom tersebut. Hal itu berbeda dengan hari-hari biasanya yang mana tempat wisata tersebut sepi pengunjung.

Dari sejumlah informasi, peningkatan jumlah pengunjung wisata tersebut sudah terjadi sejak hari Sabtu kemarin. Para pengunjung yang datang adalah wisatawan asal luar Kabupaten Tuban, seperti Bojonegoro, Rembang, Lamongan serta sejumlah wilayah lain.

"Ini kita lagi liburan, Mas. Kita penasaran dengan Pantai Boom, jadinya kita liburan ke sini," Ujar Ira, salah satu pengunjung tempat wisata Pantai Boom dari Bojonegoro, yang baru pertama kali datang mendatangi tempat tersebut.

Para pengunjung mengaku lebih memilih tempat wisata pantai itu lantaran pemandangannya bagus dan asyik untuk digunakan tempat bersantai dengan keluarga. Selain itu, tiket masuk ke dalam area wisata tersebut sangat murah dibandingkan dengan sejumlah tempat wisata lain.

Sejumlah pengunjung berharap kepada pengelola supaya tempat wisata tersebut untuk dilengkapi dengan sejumlah fasilitas memadai, seperti tempat bermain anak maupun tempat beristirahat. "Ini kalau lebih bagus lagi supaya ada fasilitas di dalam area pantai, sehingga kalau untuk bersantai lebih nyaman," ungkap riyan, pengunjung dari Puri Indah.

Statistik :

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Coupons