Kamis, 01 Maret 2012

MUSEUM KAMBANG PUTIH

by travel.detik.com
Museum ini terletak di Jl. Kartini No. 3 Tuban, kode pos 62313 Jawa Timur. Museum ini merupakan museum umum yang diselenggarakan oleh pemerintahan kabupaten. Semula bangunan berfungsi sebagai kamar bola. Tanggal dibangun adalah 4 Januari 1984, namun baru difungsikan sejak tanggal 28 Maret 1984. Bangunannya dibuat di atas lahan seluas 150 m2, dibuat satu lantai dengan luas bangunan publik 125 m2. Bangunan ini didirikan berdasarkan SK No 22 Tahun 1984 dengan status kepemilikan tanah milik pemerintah.

Bagi mayoritas masyarakat di Indonesia, berwisata ke museum tidak semenarik seperti berwisata ke objek-objek wisata lain layaknya ke pantai, bermain di arena permainan, dan lain-lain sebagainya. Dan pada umumnya yang datang mengunjungi museum hanyalah para pelajar dan biasanya hanya dilakukan sebagai prasyarat untuk mata pelajaran tertentu. . Masyarakat disana justru sangat gandrung untuk melakukan wisata ke museum, dan pemerintahnya pun sangat menfasilitasi dengan merawat museum dengan baik.

Museum Kambang Putih merupakan satu-satunya museum yang berada di Kabupaten Tuban. Lokasinya sangat strategis di tengah kota Tuban dan berada di kawasan yang sama dengan alun-alun kota Tuban, Masjid Agung, serta Makam Sunan Bonang yang cukup ramai dikunjungi penduduk setempat dan juga wisatawan dari luar kota. Di Museum Kambang Putih kita akan menemukan benda-benda bersejarah yang dikumpulkan dari berbagai daerah di Kabupaten Tuban. 
Setelah mengisi buku tamu dan memberikan sumbangan sukarela untuk perawatan museum, kami pun dipersilahkan oleh seorang pria untuk memasuki museum. Setibanya di dalam saya pun berdecak kagum karena ternyata pada satu bagian museum terdapat koleksi uang Indonesia sejak pertama kali di keluarkan. Uang Indonesia yang pertama kali dikeluarkan  adalah ORI (Oeang Republik Indonesia) bulan Oktober tahun 1946, dicetak di desa Kendal Payak, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. Dicetak di atas kertas yang masih sederhana, desainnya pun masih sederhana. Dan ada juga RIS (Republik Indonesia Serikat), yaitu uang yang dikeluarkan pada tahun 1950 untuk menggantikan uang NICA dan ORI dari peredaran, yang kemudian digantikan dengan uang RI yang diterbitkan oleh Bank Indonesia pada tahun 1952/1952. 
Di ruangan tersebut secara refleks saya pun menyiapkan kamera digital dan bersiap mengambil gambar yang ada di dalam museum. “Di dalam museum tidak diperbolehkan mengambil gambar mas, ada undang-undangnya”, ujar bapak pengawas museum dengan tegas. Sepertinya dia sudah hafal benar dengan perilaku para pengunjung museum yang hobi mengabadikan gambar. 
Saya pun mengerti alasan mengapa dilarang mengambil gambar dengan alasan keamanan karena di dalam museum banyak terdapat benda-benda bersejarah yang bernilai tinggi dan menyimpan cerita Kota Tuban. Selain koleksi uang kuno, ada juga koleksi yang menegaskan keragaman suku dan agama dari masyarakat Tuban, berupa wayang kulit dan wayang golek, sebuah replika dari Barongsai, yaitu simbol naga yang menjadi salah satu lambang budaya masyarakat keturunan Tionghoa, beberapa jenis alat musik tradisional dan bahkan koleksi fosil dan benda-benda purbakala. Ruangan demi ruangan pun terlewati hingga akhirnya saya sampai di ruangan terakhir di dalam museum, yang bangunannya memiliki ruang-ruang yang besar dan tinggi, serta fasade bangunannya tampak seperti bangunan lama jaman Belanda dengan kolom-kolom yang tinggi. memang Ini dulunya kantor jaman Belanda, sempat jadi kantor pemerintah juga sebelum jadi museum.

0 komentar:

Posting Komentar

Statistik :

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Coupons